Tapi sejatinya, sahabat harus menahan diri untuk tak melakukan beberapa hal. Ya, sahabat adalah mereka yang tidak akan pernah melakukan hal-hal dalam artikel ini…
1. Dia Anti Membagikan Hal-Hal yang Kamu Labeli Sebagai Rahasia Pada Orang Lain
Kamu tentu butuh teman yang bisa diajak berbagi. Sayangnya, bukan perkara mudah untuk menceritakan kisah dan rahasia hidupmu pada orang lain. Di saat inilah seorang sahabat hadir dan meyakinkan bahwa cerita-ceritamu akan aman dibagikan padanya.
Dialah satu-satunya orang yang tau betapa dramatisnya kisah percintaanmu. Ketika kamu pernah punya pasangan yang kasar, pernah jadi korban perselingkuhan, hingga beberapa kali terpaksa patah hati lantaran cinta yang bertepuk sebelah tangan. Namun, sahabat tidak pernah sekalipun berujar tentang kisah hidupmu pada orang lain. Ketika kamu mengatakan bahwa kisahmu adalah rahasia, maka dia akan menjaga lisannya baik-baik.
2. Baginya, Pantang Mengkritisi Kekurangan dan Kelemahan yang Kamu Punya
Sudah sewajarnya manusia luput dari kata ‘sempurna’. Kamu pun tentu punya kekurangan dan kelebihan yang menjadikanmu ‘sah’ sebagai manusia biasa. Namun, seorang sahabat akan mengabaikan dua hal tersebut. Tanpa perlu menimbang-nimbang kekurangan dan kelebihan yang kamu miliki, dia bisa menerimamu dengan ‘apa adanya’.
Sekalipun kamu adalah seseorang dengan kepribadian yang sensitif, temperamental, bahkan terkadang kekanak-kanakan, dia tidak terus-menerus mengoreksimu. Sesekali dia memang akan mengkritik, tapi itu hanya untuk memotivasi agar kamu bisa bertumbuh jadi orang yang lebih baik setiap harinya.
3. Dia Tidak Akan Adu Mulut Denganmu untuk Masalah Sepele
Hubungan persahabatan kalian tidak akan luput dari momen berselisih paham. Sekalipun bersahabat, tentu kalian pribadi yang punya preferensi dan nilai berbeda.
Ketika menurutmu menonton film bergenre drama romantis itu membosankan, dia justru berpikir sebaliknya. Menurutnya, menonton film dengan tensi emosi yang tinggi bisa membuatnya merasa rileks. Ketika beda pendapat bisa membuat dua orang kawan bertengkar atau putus ikatan, hal itu tidak sekalipun terlintas dalam benaknya.
4. Dia yang Tidak Pernah Sekalipun Mengabaikanmu
Sudah selayaknya sepasang sahabat bisa saling menghormati. Salah satu cara yang paling kentara adalah sikapnya ketika mendengarkanmu yang sedang berbicara. Apakah dia bisa memperhatikan perkataanmu baik-baik, atau justru mengabaikanmu dan sibuk dengan aktivitasnya sendiri?
Ketika sedang serius di depan layar komputer dengan tugas kuliahnya, tanpa ragu dia akan menyambutmu yang tiba-tiba menghampirinya. Dia akan tau saat kamu sangat butuh didengar. Cerita tentang pembimbing skripsi yang menyebalkan dan keluhanmu yang tak kunjung mendapat gelar sarjana membuatnya fokus padamu. Caranya mendengar dan memperhatikan lunas menunjukkan betapa dia sangat peduli padamu.
5. Dia Tidak Menganggap Mimpimu Sebagai Hal yang Remeh
Setiap orang berhak bermimpi, begitu pun kamu. Mimpi bukanlah sesuatu yang niscaya bisa diraih, butuh perjuangan dan kegigihan demi menjemput harapan dan cita-cita itu.
Mimpi terbesarmu adalah tinggal di Amerika dan membuka restoran yang menjual masakan khas Jawa di sana. Mendengar mimpimu yang memang terbilang unik, seorang sahabat tetap akan memberikan komentar-komentar yang bisa memotivasimu. Dia tidak berpikir bahwa keinginanmu terlalu khayal untuk diwujudkan. Menurutnya, ketika niatmu sudah diimbangi dengan usaha, bukan tidak mungkin mimpi itu bisa jadi kenyataan.
6. Dia Merasa Tidak Berhak Mengoreksi Masa Lalumu
Kadang, manusia terlalu takut melihat pada masa lalu lantaran banyak kenangan buruk di sana. Kamu mungkin pernah tidak naik kelas, bertengkar dengan orang tua hingga memutuskan pergi dari rumah, atau mengalami depresi setelah putus dari cinta pertamamu. Tapi, sebaik-baik manusia dewasa adalah dia yang bisa menerima dan menjadikan masa lalu sebagai pelajaran.
Masih terus berjuang memaklumi kekeliruan di masa lalu, sahabat muncul sebagai pendukung fanatikmu. Dialah yang akan meyakinkanmu bahwa segala yang terjadi di masa lampau tidak perlu membebani hidup di masa sekarang. Dia pula yang menamatkan semua kisah jatuh bangunmu dulu tanpa merasa berhak untuk menyalahkan perilaku dan keputusanmu. Baginya, ‘apa adanya’ kamu saat ini sudah cukup bisa dia terima sebagai sahabat.