Seorang pelakor memiliki kondisi kejiwaan yang berbeda dengan wanita atau ibu-ibu pada umumnya. Bagimana tidak, seseorang yang biasa memiliki sifat yang empati dan tidak tega menyakiti hati orang lain justru dilakukan sebaliknya oleh pelakor.
Tak heran jika pelakor kerap kali disebut-sebut sebagai psikopat, yang sadar dengan perbuatannya untuk menyakiti hati orang lain. Psikopat sendiri diartikan dengan kondisi dimana seseorang yang manipulative dan dengan mudah mendapatkan kepercayaan orang lain dan sulit membedakan antara perbuatan baik dan perbuatan buruk.
Menurut Mellisa Grace, M.Psi., Seorang Psikolog mengatakan bahwa pelakor merupakan salah satu bentuk kecurangan (cheating). Menurutnya ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang melakukan cheating tersebut yaitu adanya karakteristik manipulatif pada individu untuk memenfaatkan atau memenipulasi situasi demi memperoleh keuntungan pribadi sehingga mengurangi atau menghilangkan rasa empati dalam dirinya.
Selain itu faktor lingkungan yang tidak menerapkan nilai kejujuran membuat seseorang tidak lagi menekankan pentingnya nilai-nilai kejujuran. Individu yang melakukan cheating menganggap bahwa perilaku cheating dapat mendapatkan lebih banyak keuntungan dibandingkan berperilaku jujur.
Faktor-faktor tersebut yang mendasari pelakor justru bertindak menyalahkan pasangan atau korbannya untuk melepas tanggung jawab atas perilaku sendiri. Seorang pelakor atau berbuat cheating memiliki kemampuan menyembunyikan sesuatu dan menutup-nutupi sesuatu dengan sangat ahli bahkan dengan sangat mudah membolak-balikkan keadaan, hal ini sama seperti sifat mendasar yang dimiliki seorang psikopat!
Jadi, setujukah kamu jika pelakor itu adalah psikopat?